Translate

Selasa, 12 Februari 2013

Tragedi Waduk Jatigede, BARA API DIAMBANG BATAS AKHIR


Sumedang, PemRat-Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini mulai dihinggapi mosi tidak percaya dan meragukan pada kinerja pemerintah. Mosi ini lahir berangkat dengan berulang kali masyarakat merasa dibodohi oleh janji-janji politik yang diumbar para politisi dan buruknya kinerja pemerintah. Sehingga suara suara sumbang selalu terdengar apabila rencana disosialisasikan, ironis. Tak ayal lagi kadang terjadi perlawanan dan lontaran-lontaran pernyataan pedas dari rakyat pada siapapun wakil pemerintah yang ada didepan, juga pada wakil rakyat, apalagi pada mereka yang biasa mencla mencle alias plinplan dan tidak konsekuen pada komitment, menyedihkan, mau jadi apa Negara ini, kalau rakyat terus disakiti.
Rabu (6/2), dikantor DPRD kabupaten Sumedang, masyarakat OTD rencana genangan waduk jatigede dipimpin oleh beberapa tokoh pergerakan OTD, diantaranya : Jaya Albanik, Ketua Forum Komunikasi Rakyat Jatigede (FKRJ) Kusnadi Candrawiguna, Akang Kumis, Rancung dan lain-lain bersama ratusan masyarakat mengontrog dan menggelar demo dengan orasi-orasi, selain orasi yang dilakukan oleh ketua FKRJ juga dari wakil desa-desa rencana genangan. Didepan kantor DPRD Kusnadi katakan dalam orasinya,”masyarakat sangat kecewa dengan lambannya pelaksanaan penyelesaian dampak social, dan percuma adanya pergantian komposisi petugas pelaksana apalagi hanya berganti nama dari Satgas menjadi Samsat namun hasilnya masih nihil dan sangat mengecewakan, dan kami masyarakat tidak mau lagi mendengar alasan apapun terkait dengan kebutuhan penyelesaian dampak social ini, selain harus secepatnya diselesaikan,” tegasnya.
Sementara didalam ruang rapat dewan terlihat duduk dikursi depan Ketua DPRD kabupaten Sumedang Yaya Widarya dan 2 orang yang mewakili Badan Pertanahan Nasional (BPN). Lontaran pernyataan dan pertanyaan terdengar memekakan telinga, seakan berangkat dari kemarahan dan kesedihan yang dalam sehingga setiap masyarakat selalu bicara keras dengan mata melotot. Wakil desa padajaya Fadil katakana,”kami masyarakat merasa dibohongin terus oleh pemerintah, sangat aneh kalau BPN bilang bahwa tidak menganggap syah hasil Pelepasan Hak (PH) ini (sambil menunjukan selembar kertas berwarna putih) padahal selain petugas yang lain, kami lihat ada petugas berpakaian warna abu-abu diantara yang lain, dan mereka adalah pemerintah, artinya kerja mereka pasti berdasarkan Surat Perintah atasannya masing-masing dan ini menggunakan anggaran pemerintah, kalau tidak syah artinya mereka semua korupsi waktu dan uang Negara dong, dan yang mana yang syah sehingga BPN mau tanda tangan,” tegasnya diiringi teriakan dan sorakan masyarakat.
Sementara Jaya Albanik mengatakan,”kami masyarakat sudah tidak mau lagi mendengar janji namun langkah pasti dari pemerintah, keinginan kami saat ini dimana 3 minggu sudah menyampaikan persoalan pada DPRD baru hari ini ada jadwal, namun DPRD tetap belum bisa menghadirkan yang terkait hari ini, ini mengecewakan. Seharusnya didepan kami hadir Satuan Kerja Waduk Jatigede (Satker), Samsat, dan Panitia Pembebasan Tanah (P2T) selain hanya ketua DPRD dan 2 orang wakil ketua BPN, kenapa apa masyarakat sudah tidak dianggap penting lagi,” ujarnya. “
Ketua DPRD Yaya W mengatakan,”kami bersepakat dengan masyarakat bahwa tidak ada penggenangan sebelum selesai segala persoalan dampak sosial selesai, dan apabila pemerintah memaksa maka saya akan paling depan bersama masyarakat melakukan perlawanan,” tegasnya.
Ditemui selesai dialog, Anggota DPRD wilayah 4 Aef mengatakan,”saya kadang bingung dengan langkah pemerintah, dan kasian masyarakat kalau tidak ada kepastian seperti ini. Dan terus terang untuk upaya penyelesaian dampak sosial waduk jatigede anggota dewan juga tidak kompak, bahkan ada yang biasa-biasa saja, seharusnya hal ini menjadi sekala prioritas yang menjadi perjuangan bersama demi kepentingan masyarakat dan Negara.” Tegasnya. Tokoh masyarakat Jaya Albanik menimpali,“ya bahkan yang berjuang untuk rakyat hanya beberapa anggota dewan wilayah 4 saja, dan seperti atang dari PDI terlihat hare-hare saja, padahal diakan orang darmaraja,” tegasnya dengan nada emosi.
Selang 2 jam setelah perdebatan sengit dari dialog dilakukan diruang rapat DPRD kabupaten Sumedang diselingi dengan teriakan orasi diluar gedung, ketua DPRD Yaya Widarya menyampaikan untuk pertemuan digedung pemda Sumedang (RIPP), dan masyarakat bergerak bersama dibawah guyuran hujan deras.
Dan pertemuan bersama pihak terkait menghasilkan perjanjian bersama yang ditanda tangani oleh pihak terkait atau yang mewakili pemerintah bersama masyarakat tentang langkah kerja pemerintah dalam upaya penyelesaian dampak social waduk jatigede, khususnya tentang apa yang dituntutkan hari ini. Dimana dari catatan perak masyarakat mengatakan bahwa senin tanggal 11 pebruari 2013 kepastian aka ada dari pihak pemerintah, semoga. (Cpr.005)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar